Di Australia Ada Gerakan Berhijab Bagi Non Muslim
DEWAN Kota Greater Dandenong, sebuah kota kecil di tepi Melbourne Australia, mengagas acara berhijab bagi wanita non muslim sebagai bentuk eksperimen sosial.
Pemudi dari sekolah Islam lokal, Minaret College, akan diajak untuk menjadi staff acara untuk mencatat bagaimana respon wanita lainnya saat berpose menjadi seorang muslimah berhijab.
Acara ini akan didokumentasikan dalam bentuk film untuk menambah kesadaran, wawasan, dan pendidikan bagi masyarakat sekitar, sebagaimana dikutip dari Herald Sun, Kamis (09/04/2015)
Namun, acara ini dikritik oleh pejabat dari Institute of Public Affairs (IPA), sebuah lembaga pengatur kebijakan publik di Australia, dengan menyebutnya sebagai acara yang memicu perpecahan.
“Seharusnya anggota dewan itu mempromosikan agar masyarakat dengan berbagai latar belakang dan agama dapat berintegrasi, ini tidak mencerminkan multikulturalisme Australia,” ujar John Roskam.
Roskam berdalih bahwa umat Kristen labih banyak ditindas dan menyarankan agar dewan kota untuk mengajak masyarakat berpakaian sebagaimana perempuan Kristen.
Hal ini ditanggapi oleh ketua Asosiasi Islamic Friendship, Keysar Trad, yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak bisa dijalankan karena perempuan muslimah tidak mungkin melepas hijabnya.
“Berhijab adalah bagian dari agama Islam, dan saya fikir acara berhijab bagi non muslim ini bagus untuk memberikan sudut pandang berbeda bagi mereka yang non muslim,” ujar Trad. [eza/Islampos]
Pemudi dari sekolah Islam lokal, Minaret College, akan diajak untuk menjadi staff acara untuk mencatat bagaimana respon wanita lainnya saat berpose menjadi seorang muslimah berhijab.
Acara ini akan didokumentasikan dalam bentuk film untuk menambah kesadaran, wawasan, dan pendidikan bagi masyarakat sekitar, sebagaimana dikutip dari Herald Sun, Kamis (09/04/2015)
Namun, acara ini dikritik oleh pejabat dari Institute of Public Affairs (IPA), sebuah lembaga pengatur kebijakan publik di Australia, dengan menyebutnya sebagai acara yang memicu perpecahan.
“Seharusnya anggota dewan itu mempromosikan agar masyarakat dengan berbagai latar belakang dan agama dapat berintegrasi, ini tidak mencerminkan multikulturalisme Australia,” ujar John Roskam.
Roskam berdalih bahwa umat Kristen labih banyak ditindas dan menyarankan agar dewan kota untuk mengajak masyarakat berpakaian sebagaimana perempuan Kristen.
Hal ini ditanggapi oleh ketua Asosiasi Islamic Friendship, Keysar Trad, yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak bisa dijalankan karena perempuan muslimah tidak mungkin melepas hijabnya.
“Berhijab adalah bagian dari agama Islam, dan saya fikir acara berhijab bagi non muslim ini bagus untuk memberikan sudut pandang berbeda bagi mereka yang non muslim,” ujar Trad. [eza/Islampos]
Mulai berhijab di Australia utk menebarkan bibit2 prostitusi dan terorisme disana..... dasar muslim jahanam !!!
ReplyDeleteNawa loi
ReplyDeletekasar sekali mulut anda,di ajaran kami darah kalian halal untuk di tumpah kan ,tp juga kami di ajarkan untuk toleransi.
Bukannya orang2 /negara mayoritas non muslim berkembangx praktek prostitusi,seks bebas,pornografi dan perzinahan tanpa rasa sungkan untuk di umbar
kata teroris bukannya penamaan orang2 barat notabene orang non muslim,andai seperti di tolikara papua orang muslim yg melakukan tentu di sebut teroris tetapi bukan jd di anggap mis komunikasi .
Jd siapa teroris sebenarnya ?
Nawa loi kamu fitnah dan munafik
ReplyDeleteorang munafik kerak neraka tempatnya.
ReplyDelete